Ombak Yang Tidak Kembali
Langit senja yang menyelimuti pantai dengan warna jingga keemasan. Awan tipis bergerak pelan, seolah melukis perasaan tenang di atas laut yang berkilauan. Di tepi pantai itu, seorang gadis yang sedang menahan air mata nya agar tidak jatuh sedang menatap ombak .
Gadis itu adalah Mutia, ia selalu menunggu ombak yang selalu silih berganti itu, berharap bahwa ombak tersebut membawa apa yang ombak itu rebut darinya .
Hidup dalam kesendirian dan di kelilingi oleh keluarga serta para tetua yang sangat setia akan tradisi di pulau ini membuatnya merasa terkekang. Mitos bahwa di pulau ini tidak boleh menjalani kehidupan cinta di luar pulau dan jika melanggar peraturan tersebut ini akan mempengaruhi ekosistem laut, itu yang dianut oleh para tetua dan keluarganya disini.
Mutia meratapi hidupnya yang sangat sepi ini dan ia duduk di tepi pantai berharap bahwa ada keajaiban di balik ombak ini. Dan tanpa ia sadari di ujung pantai ada sebuah kapal yang terjebak di sebuah karang dan kapal itu sudah sangat rusak akibat karang yang sangat besar. Ia berlari mendatangi kapal tersebut dan mendapati sosok pria muda yang tidak pernah dipikirkan oleh nya.
Entah kenapa ia langsung merasakan perasaan cinta yang tidak pernah ia rasakan. Pria itu saat melihat mutia merasakan hal yang sama, ia tertarik dengan mata indah milik mutia dan warna kulit yang sedikit gelap itu. Para tetua mendatangi pria muda yang malang itu dan pria itu bernama Sagara dan ia terdampar di pulau ini karena badai di tengah laut . Ia memang suka berlayar sendiri dengan kapal yang ia buat.
Dan semenjak ada Sagara di pulau ini, entah mengapa membuat harapan hidup milik mutia kembali bangkit, berkat Sagara ia bisa merasakan hal yang belum pernah ia rasakan. Sagara mengatakan hal banyak mengenai dunia luar yang sangat menyenangkan dan kita bebas melakukan apa yang kita suka tanpa terberlenggu dengan tradisi keluarga. Mutia senang mendengar hal itu dan berharap bahwa Sagara bisa membawa nya ke dunia luar yang ia maksud.
Sayangnya, Sagara tidak mengetahui hal yang dilarang keras oleh pulau serta tradisi setia yang telah dianut lama oleh para tetua disini.
Suatu hari para tetua yang melihat kedekatan antara dirinya dan Sagara menuai kontra di para kalangan tetua, para tetua mengumpulkan keluarga Mutia di tempat tradisi dan berbicara kepada mereka mengenai kedekatan anaknya dengan seorang pria. Ia mengancam keluarga Mutia untuk meninggalkan pria itu dan jika tidak, itu akan menganggu keseimbangan ekosistem laut dan terpaksa harus ada salah satu dari keluarga mereka yang harus di korbankan.
Mendengar suara bisikan yang ramai di pulau itu membuat Sagara tertarik mendengarnya. Ia terkejut saat mengetahui gosip apa yang beredar di pulau itu, ternyata itu tentang kedekatannya dengan Mutia. Sagara sangat mencintai Mutia dan ingin mewujudkan mimpinya untuk melihat dunia luar tapi ia tidak ingin membuat Mutia harus mengorbankan keluarganya demi keegosan dirinya.
Dan saat itu di hari terakhir Sagara bersama Mutia. di tepi laut menunggu matahari terbenam, Sagara mengatakan hal yang tidak pernah ia katakan sebelumnya kepada Mutia.
"jika suatu saat kamu sudah bebas datanglah ke dunia yang aku bicarakan Mutia, datanglah di saat kamu sudah siap menghadapi apa yang akan terjadi selanjutnya dan pilihan semua ada di tanganmu, aku harap kau tidak salah dalam memilih keputusan itu". Mutia hanya tersenyum ia tidak menganggap bahwa perkataan yang di katakan Sagara adalah kalimat dan suara terakhir yang ia dengar darinya. Sagara tidak sanggup mengungkapkan perasaan di hatinya, ia tidak ingin jika warga disini akan mendengar apa yang ia bicarakan tadi.
Malam itu, di saat semua terlelap tidur. Sagara telah selesai sejak lama memperbaiki kapal miliknya. Ia bergegas menuju kapal miliknya dan berusaha meninggalkan pulau tersebut, ia pergi malam itu dan meninggalkan Mutia, wanita yang ia cintai di pulau itu. Ia memang pengecut tidak memperjuangkan cintanya ia hanya berharap suatu hari nanti mutia mengerti perkataan ia saat itu.
Kesedihan Mutia semakin memuncak saat tau bahwa tidak ada lagi jejak mengenai Sagara di pulau ini, Sagara benar benar meninggalkan nya di pulau ini tanpa berpamitan dengannya. Mutia hancur seketika, ia tidak menyangka harapan yang telah di bawa oleh Sagara kini hilang selamanya. Harapan bahwa dunia bebas yang dikatakan olehnya kini tidak ada di genggaman tangannya, Mutia hancur saat mengetahui jika ia dan Sagara tidak akan pernah bersama. Sejak saat itu, Mutia membenci laut dan isi nya ia berharap bahwa tidak ada lagi orang yang datang kemari membawa harapan palsu mengenai dunia luar.
Ia berjalan jalan di tepi pantai dan duduk di tepat batu karang yang besar tempat Sagara terdampar, itu sudah berhari hari yang lalu semenjak Sagara meninggalkan pulau ini . Ia melihat ada sepucuk kertas yang terselip di batu karang besar ini.
Tertulis untuk dirinya, dari Sagara. ia membaca tulisan Sagara dengan perasaan yang tidak karuan.
"Untuk Mutia yang aku cintai, maaf karena aku meninggalkan mu di pulau yang tidak kamu inginkan. Aku terpaksa karena aku tau jika kita teruskan hubungan ini, itu akan berakhir buruk bagi kita berdua. Aku tidak ingin jika kamu harus merelakan seseorang yang kamu cintai demi hubungan cinta kita. Aku harap suatu hari nanti kamu bisa memutuskan apa yang terbaik untuk kamu dan saat itu terjadi aku harap kamu memilih keputusan yang tepat dan aku akan selalu menunggumu di dunia yang kita bicarakan berdua".
_dari orang yang selalu sayang, sagara_
Sepucuk surat yang ditinggal Sagara untuknya, membuat ia sadar bahwa ia tidak boleh membiarkan dirinya terkurung dalam kebencian selamanya. Dia menyadari bahwa cintanya pada Sagara telah mengubah dirinya, dan dia tidak bisa terus hidup dalam bayang-bayang masa lalu.
Mutia akhirnya memutuskan untuk menentang tradisi dan mencoba mencari cara untuk keluar dari pulau itu. Meski dia tahu itu sangat berbahaya, dia tidak ingin hidup dalam penyesalan selamanya. Laut yang dulu dibencinya kini menjadi simbol harapan, meskipun ia tidak tahu apakah ia akan pernah bertemu dengan Sagara lagi. Di akhir cerita, Mutia memulai perjalanan baru, membebaskan dirinya dari belenggu masa lalu, dan laut menjadi pintu gerbang menuju kehidupan yang baru.
“Aku harap ombak yang membawa mu pergi dariku kembali menuntunku kepadamu, dan saat itu terjadi aku harap aku bertemu denganmu di dunia yang kita bicarakan berdua”.