Oke, jujur aja deh. Siapa yang waktu lulus SMA milih jurusan karena: - Disuruh orang tua - Ikut-ikutan temen - Karena katanya “peluang kerjanya bagus”
Atau yang paling absurd: "capcipcup aja pas milih😁".
Kalau kamu ngangguk sambil senyum getir, selamat! Kamu bukan sendirian. Karena salah jurusan itu udah kayak "rite of passage" anak kuliahan zaman sekarang. Bukan cuma kamu, kita semua pernah (atau sedang) nyasar di jurusan yang rasanya kayak main teka-teki silang pakai bahasa alien.
"Tapi Masa Salah Pilih Jurusan Dibiarin Aja?"
Tenang. Ini bukan ajakan buat nyerah. Tapi realita lucu yang pantas dibahas. Salah jurusan itu, kadang justru jadi momen paling reflektif dalam hidup. Kita jadi kenal diri sendiri—apa yang kita suka, apa yang bikin kita pengen kabur dari kelas, dan apa yang bikin kita berpura-pura ngangguk ngertiin dosen.
Dan percaya atau enggak, banyak orang sukses justru gak kerja di bidang yang dia pelajarin. Anak teknik jadi content creator. Anak hukum buka coffee shop. Anak farmasi malah jadi UI/UX designer. Dunia kerja itu ternyata plot twist.
"Jadi Gimana Dong? Diemin Aja?" Enggak juga. Kalau kamu ngerasa bener-bener gak cocok, kamu boleh ganti haluan. Atau minimal cari jalan samping: ikut kursus, freelance, eksplorasi hobi. Jurusan itu cuma satu bagian dari perjalanan, bukan penjara.
Kalau kamu tetap lanjut walau berat, itu juga valid. Banyak juga yang akhirnya bisa berdamai dan bahkan jatuh cinta sama jurusannya… setelah 3 semester dan 20 breakdown.
Kesimpulannya, Gak Perlu Malu, Kita Semua Pernah Tersesat.
Salah jurusan bukan dosa. Bukan kegagalan. Tapi bagian dari proses tumbuh. Toh, hidup ini bukan cuma soal linearitas. Kadang yang belok duluan, justru nemu jalan tercepat.
Jadi, lain kali ada yang nanya:
“Kamu yakin jurusan kamu cocok?”
Jawab aja:
“Gak cocok sih. Tapi aku yang bikin cocok.”
Newsletter
Ingin tahu perkembangan berita, artikel, opini dan karya sastra dari kami? Drop email anda
untuk berlangganan
Keamanan email anda menjadi prioritas keamanan kami