UKM Jurnalistik Risalah Maritim telah melakukan wawancara secara daring kepada Shafiah Faridhah Zahrah, seorang mahasiswi semester lima yang mewakili Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH), dalam program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) Mandiri di Universitas Sriwijaya (UNSRI).
“Program ini sebenarnya bukan dari pemerintah, tapi dibiayai oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Jadi, di fakultas kami, ini disebut Pertukaran Mahasiswa Merdeka Mandiri. Itulah mengapa peserta yang mengikuti program ini hanya mahasiswa FKIP, dan pilihannya juga hanya ada di UNSRI. Mungkin ada kerja sama antara FKIP UMRAH dengan FKIP UNSRI,” ungkap Shafiah dalam wawancara.
Shafiah menjelaskan bahwa alasannya mengikuti PMM-Mandiri adalah untuk mencari pengalaman, menambah ilmu baru, dan mendapatkan teman baru. Dengan program ini, ia mendapatkan relasi dan pengetahuan yang lebih luas, yang mungkin tidak akan ia dapatkan jika hanya berada di UMRAH. Program ini juga menjadi kesempatan baginya untuk mengasah kemampuan bertahan hidup di lingkungan baru.
Awalnya, Shafiah dan teman-temannya dijadwalkan berangkat ke Universitas Sriwijaya (UNSRI) pada tanggal 26 Agustus 2024. Namun, rencana tersebut harus ditunda karena adanya kendala pada Sistem Informasi Pengelolaan Akademik (SIPA), sehingga mereka baru bisa berangkat pada 5 September 2024. Itupun tidak bisa diundur lagi karena perkuliahan di UNSRI sudah berjalan satu bulan. Sehingga, mereka tetap pergi dan mulai menjalankan perkuliahan di sana meskipun pada saat itu masih ada beberapa mata kuliah yang belum bisa diinput di SIPA.
Meskipun berhasil menjalankan PMM, tantangan tetap ada. Shafiah pun awalnya merasa takut karena mendengar bahwa Kota Palembang dikenal sebagai kota yang keras. Bahkan, dosennya sempat menyarankan agar ia tidak mengikuti program PMM di sana karena ia perempuan. Namun, Shafiah tetap berani melanjutkan rencananya dengan alasan bahwa ia tidak akan berkembang jika terus diliputi ketakutan.
Kekhawatiran itu hilang saat tiba di sana dan disambut baik oleh masyarakat setempat. Shafiah mengungkapkan, “Orang-orang di sini sangat ramah, mulai dari teman-teman asrama hingga teman-teman kelas. Bahkan ketika kami mendarat pukul setengah 11 malam, kami disambut baik oleh ketua BEM dan juga ketua-ketua HIMA yang ada di sana. Apalagi pas pertama kali datang untuk penyerahan ke dekanat, kami disambut dengan hidangan empek-empek yang enak banget.”
Di akhir wawancara, Shafiah berpesan, ”Kejadiaan di sekitar kita itu mengikuti pikiran kita. Jadi, kita itu sebisa mungkin berpikiran positif. Kalau kita selalu berpikir positif akan selalu ada hal-hal baik yang datang kepada kita.”